Sejak kecil, pria dengan sorot mata tajam dan berperawakan bak jawara ini bercita-cita menjadi seorang penyanyi. Ia bermimpi dapat menggelar konser ke daerah-daerah di seluruh Indonesia, layaknya penyanyi tersohor, Iwan Fals. Pria ini bernama lengkap H. Moh. Agus Asmara, putra kelahiran desa Cimande, kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, 41 tahun silam.
Tahun 1991, Agus Asmara melanjutkan pendidikannya ke salah satu universitas di Bandung. Saat itulah, ia mulai serius menggeluti kegemarannya dalam dunia musik, diantaranya dengan mengoleksi berbagai alat musik. Namun, kegemarannya itu akhirnya diketahui ayahnya, H. Karyadi seorang ahli pengobatan patah tulang di Cimande. Mengetahui hal itu, sang Ayah tidak merestui, lalu menghentikan biaya kuliah untuknya. Sehingga ia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya.
Secarik kertas bertuliskan “seandainya kamu tidak mendapatkan apa yang kamu cintai, maka cintailah apa yang kamu dapatkan” telah membuat Agus Asmara dapat sejenak melupakan mimpinya menjadi seorang penyanyi. Ia pun mencoba mencari dunia lain yang dapat digelutinya. Setelah masa perenungan, keyakinan itu pun datang, tahun 1992 ia memutuskan untuk mulai belajar bertani. Pertama kali, ia belajar membudidayakan mentimun di lahan seluas 1.000 m2. Mentimun yang diproduksi, ia jual sendiri ke Pasar Anyar, salah satu pasar sayuran di Bogor. Pendapatan dari menjual mentimun, Ia gunakan untuk mengkredit sebuah mobil untuk keperluan usaha taninya.
Keputusan Agus Asmara untuk mulai belajar bertani, mendapat respon yang baik dan dukungan dari sang Ayah. Sang ayah pun memberikan peluang kerja sama kepadanya. Ia mendapatkan tawaran untuk menjadi pemasok beras yang akan dikonsumsi pasien sang Ayah. Tawaran itu pun ia terima. Restu dari sang Ayah membuatnya semakin yakin untuk menggeluti dunia pertanian.
Hingga pada tahun 1996, Agus Asmara bergabung ke kelompok Tani Antanan I. Salah satu kelompok tani berprestasi di Bogor yang telah membentuk P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya) dengan komoditi unggulan Salak Sle-Bor. Di kelompok tersebut, saat ini Ia didaulat menjadi Ketua kelompok tani. Sedangkan di P4S Antanan, Ia menjadi salah satu anggota Inti.
Setelah bergabung dengan P4S Antanan, Agus Asmara fokus pada usaha tani dengan konsep Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System). Ia mulai membekali dirinya dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan petanian terpadu. Lebih dari itu, Ia pun menerapkannya pada usaha tani yang dijalankannya. Salah satu karya terbesarnya bersama tim P4S Antanan yaitu Villa Salak Pancawati, Bogor yang dibangun pada tahun 2003. Suatu kawasan pertanian dengan konsep Agroedutourism, kesatuan dari bidang pertanian, pendidikan, dan wisata. Sejak tahun 2003 sampai 2006, Ia menjadi General Manager dalam pengelolaan Kawasan tersebut.
Mulai tahun 1997 sampai 2011, Agus Asmara juga sering mendapatkan tawaran menjadi Instruktur dengan materi-materi yang berkaitan dengan Pertanian Terpadu. Tidak hanya menjadi Instruktur di P4S Antanan Bogor, tetapi juga di daerah-daerah lain di Indonesia diantaranya, Padang, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Papua Barat telah dijelajahinya. Pengalaman ini, membuatnya yakin bahwa mimpinya kini telah menjadi nyata.
“Dengan menjadi Petani, mimpi saya telah terwujud. Menjadi seorang penyanyi, namun bukan dengan lagu yang biasa seperti yang dibawakan oleh Iwan Fals.” Ucap Agus Asmara. “Saya menyanyikan materi-materi pertanian kepada Petani atau calon Petani di berbagai daerah di Indonesia. Ya itulah Konser saya” dengan penuh semangat ia melanjutkan ucapannya.
Tulisan Ini menjadi salah satu Tulisan Terbaik pada Diklat Penulisan Ilmiah Populer bagi Penyuluh Pertanian Tahun 2014, yang diadakan oleh Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP), Kementerian Pertanian, di Ciawi Bogor pada 26 Januari – 1 Februari 2014.
Sumber: adahatidisini.wordpress.com
Comment (0)